Notification

×

Iklan

Iklan

Paguyuban Bedak Manyar Menolak Relokasi, Lahan Baru Tak Mampu Menarik Pembeli

Selasa, 09 Agustus 2022 | Agustus 09, 2022 WIB | Last Updated 2022-08-09T15:02:32Z

GRESIK, Harian Memo.Com - Rencana pelebaran Jalan Raya Manyar, Gresik hingga kini masih menyisakan “slilit” yang jika tak segera dicarikan solusi berpotensi menghambat realisasi pembangunannya. Pasalnya, puluhan pedagang yang terdampak pelebaran jalan itu tetap menolak direlokasi ke tempat yang telah ditentukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik.

Puluhan pedagang yang terhimpun dalam Paguyuban Bedak Manyar (PBM) bersikukuh menolak direlokasi ke lahan baru yang disiapkan Pemkab. Pasalnya, selain tidak mampu menampung seluruh pedagang yang selama ini beroperasi di pinggir jalan raya itu, penentuan lokasi yang memanfaatkan tanah lapang di pinggir (sisi) Selatan jalur pantai Utara (Pantura) Jawa itu dikhawatirkan tak mampu menarik pembeli.

Kepada awak media, Selasa (9/8/2022), Ketua PBM Abdullah Syafii menyayangkan sikap Pemkap Gresik dan Kecamatan Manyar yang terkesan arogan dan tak mau mendengar aspirasi warga atau pedagang yang terdampak yang bakal kena gusur. Padahal, lanjutnya, mestinya ada solusi yang jika Pemkab mau mengakomodasi, akan menjadi win win solution.

“Kami sudah mengusulkan agar para pedagang terdampak proyek pelebaran jalan itu direlokasi dengan menggeser lokasi kios sedikit ke Utara, di atas bantaran kali. Selain bisa menampung seluruh lapak atau kios yang akan dibongkar, juga tak mematikan usaha pedagang. Kalau dipindah ke tempat baru dan kapasitasnya terbatas, kami perkirakan sepi pengunjung. Belum lagi terkait usaha yang digeluti teman-teman yang beragam, pasti tak bisa terkomodasi di tempat yang baru,” tandas Syafii.

Keberatan direlokasi ke tempat baru yang telah disiapkan Pemkab juga diamini pedagang lainnya, Joko Santoso dan Hj Kamilah. Santoso yang meneruskan usaha bapaknya berjualan nasi itu menyayangkan model komuinikasi yang diterapkan Pemkab Gresik kepada pedagang yang terdampak proyek pelebaran jalan tersebut. Bersama sejumlah yang tergabung dalam PBM, ia merasa tak pernah dilibatkan atau diajak komunikasi terkait rencana relokasi.

“Tahu-tahu diputuskan relokasi dan sosialisasi tanpa berunding dulu. Katanya sudah disetujui para pedagang. Itu cuma klaim dan hanya melibatkan segelintir orang saja. Kami mendukung pelebaran jalan itu, tapi relokasinya yang kami belum sepakat,” ungkap Santoso yang sudah berjualan nasi sekitar 30 tahun itu.

Ditanya tentang kemungkinan Pemkab Gresik tetap bersikeras merelokasi para pedagang ke tempat yang telah disiapkan, Syafii mengatakan, pihaknya tetap berharap agar Pemkab membuka pintu dialog. Ia mengingatkan, lokasi baru bakal relokasi para pedagang diproyeksikan hanya mampu menampung sekitar 50 lapak. Padahal, menurut data yang dirilis Kantor Kecamatan Manyar, ada 199 kios/lapak.

“Terus yang 140 lebih dikemanakan? Ini yang mesti dicarikan solusi. Padahal, kalau seluruh lapak atau kios dimundurkan ke bantaran kali, seluruhnya akan tertampung,” tandasnya.

Dengan pertimbangan kemanusiaan, pihaknya akan terus berjuang agar seluruh pedagang bisa tetap menjalankan usaha dan tak kehilangan satu-satunya sumber penghidupan itu. Untuk maksud tersebut, PBM sudah bersurat kepada DPRD Gresik dan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Kepada DPRD Gresik dimohonkan untuk melakukan dengar pendapat (hearing) untuk mencari solusi ideal. Sementara kepada gubernur, pihaknya minta perlindungan dan jaminan agar seluruh pedagang tetap bisa berjualan.

“Tapi, surat yang kami kirim lebih dari dua minggu itu, hingga kini belum direspon. Dalam waktu dekat kami akan menanyakan, baik ke DPRD maupun ke Bu Gubernur,” ujar Syafii yang pengacara muda ini seraya menambahkan, jika upaya dialog tak mendapat respon, pihaknya akan menggelar demo dan membawa masalah itu ke ranah hukum sebagai ikhtiar terakhir.

Seperti diberitakan, untuk mengurai simpul kemacetan akut arus lalu lintas (lalin) di Jalan Raya Manyar, Gresik segera dilakukan pelebaran badan jalan. Untuk maksud itu, Pemkab Gresik yang langsung dipimpin Bupati Fandi Akhmad Yani melakukan sosialisasi kepada warga dan pedagang terdampak di balai kecamatan Manyar, 14 Juni 2022 lalu.

Selain dihadiri beberapa tokoh agama dan tokoh masyarakat, sosialisasi juga menghadirkan perwakilan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali, Sentot Wijayanto. Pelebaran jalan raya Manyar ini yang semula 2 lajur, nantinya menjadi 4 lajur, dengan median jalan (trotoar) 3 meter. Anggarannya disiapkan Rp 15 miliar, dengan panjang 3,7 Km. Tahap pertama, dikerjakan 1 – 2,5 Km.

Dalam sosialisasi tersebut, meski sebagian besar pedagang menyetujui rencana pelebaran jalan Raya Manyar, ada sejumlah pedagang atau pengelola warung di pinggir jalan itu yang menolak relokasi ke tempat baru. Perdebatan pun sempat mewarnai sosialisasi itu. Bahkan, akhirnya sebagian pedagang memilih walk out meninggalkan tempat sosialisasi. Mereka beralasan, di tempat baru, dikhawatirkanusahanya nanti tidak sebagus di tempat yang sekarang.

Pantauan di lapangan, Selasa (9/8/2022) siang, di lahan yang diplot untuk relokasi pedagang sudah dimulai pembangunannya. Relokasi itu akan memanfaatkan tanah lapang yang selama ini dimanfaatkan warga setempat untuk olah raga, seperti sepak bola. Di lapangan itu juga biasa digelar upacara atau perhelatan aneka hiburan rakyat. (*)
Editor : Dony Dwi C